Contoh laporan
penelitian kualitatif :
Penerimaan
Diri Penyandang Disabilitas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian
Pada
dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan sebaik-baiknya sehingga
walaupun pada diri setiap manusia ada kelebihan dan kekurangannya akan menjadi
suatu keunikan tersendiri bagi seseorang tersebut. Setiap manusia menginginkan
bisa hidup normal sesuai rencana yang diharapkan tetapi seringkali harapan itu
sirna karena ada suatu peristiwa yang tidak terduga. Salah satu kejadian yang
tidak terduga adalah kecelakaan yang mengakibatkan kecacatan sehingga anggota
tubuh menjadi kehilangan fungsinya.
Kecelakaan
lalu lintas menjadi momok yang sangat menakutkan bagi para pengguna jalan raya.
Bahkan kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di
Indonesia maupun secara global. Dijelaskan Kakorlantas Mabes Polri, Irjen Condro
Kirono, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian terbesar ke-9 di
Dunia.
Kecelakaan
lau lintas juga dapat membuat seseorang menjadi penyandang cacat. Apabila orang
tersebut mengalami kecelakaan yang tidak terlalu fatal tetapi merusak salah
satu organ tubuhnya menjadi tidak dapat berfungsi kembali.

PENDAHULUAN
|
Menurut undang-undang No. 4 Tahun 1997
pasal 1 ayat 1 tentang penyandang cacat diartikan adalah setiap orang mempunyai
kelalaian fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan
hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari
penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental serta penyandang cacat fisik
dan mental.
Dalam
Undang-undang No. 19 Tahun 2011 tentang pengesahan Konvensi Hak-Hak Penyandang
Disabilitas pada pokok-pokok isi konvensi bagian pembukaan pada angka 1
dijelaskan pengertian penyandang disabilitas sebagai orang yang memiliki
keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama
yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui
hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan
kesamaan hak.
Menurut
data Susenas 2012 dalam infodatin mendapatkan penduduk Indonesia yang
menyandang disabilitas sebesar 2,45%. Peningkatan dan penurunan presentase penyandang disabilitas yang terlihat pada
gambar dibawah ini, dipengaruhi adanya perubahan konsep dan definisi pada
Susenas 2003 dan 2009 yang masih menggunakan konsep kecacatan, sedangkan
Susenas 2006 dan 2012 telah memasukkan konsep disabilitas. Walaupun demikian,
jika kita bandingkan antara Susenas 2003 dengan 2009 dan Susenas 2006 dengan
2012 terjadi peningkatan prevalensi.
|

Sumber : BPS
Gambar
1.1 Presentase Penduduk Penyandang Disabilitas berdasarkan Data Susenas 2003,
2006, 2009, dan 2012
Seseorang
yang mengalami disabilitas fisik karena kecelakaan belum tentu bisa menerima
diri dengan baik. Tidak banyak orang yang dapat menerima disabilitas fisik yang
dialaminya karena kecelakaan. Penerimaan diri merupakan suatu tingkatan
kesadaran individu tentang karakteristik kepribadiannya, akan kemauan untuk
hidup dengan keadaan tersebut. Penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya
merasa puas dengan diri sendiri, potensi yang dimiliki serta pengakuan akan keterbatasannya.(Caplin,
2006).
Seseorang
yang mempunyai disabilitas fisik karena kecelakaan dapat menyesuaikan diri yang
baik, sehinga bisa menerima kondisi sekarang dan beraktivitas dengan baik.
Penerimaan diri yang baik dapat membuat
seseorang penyandang disabilitas fisik karena kecelakaan merasa senang,
tenang dan dapat menyesuaikan dirinya untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Berbagai
masalah yang dihadapi oleh penyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan
apabila direspon secara negative makan akan memicu munculnya tekanan-tekanan
dalam dirinya sehingga akan gagal dalam menerima dirinya.
B. Fokus Penelitian
Penelitian
ini akan meneliti tentang bagaimana penerimaan diri pada seseorang penyandang
disabilitas fisik karena kecelakaan yang dulu kondisi fisiknya normal dan
mempunyai suatu impian yang besar dan tiba-tiba suatu kecelakaan yang
mengakibatkan kondisi fisiknya berbeda dengan sebelumnya sehingga sekarang menyandang
predikat disabilitas. Pertama, peneliti akan mencari tau bagaimana gambaran
penerimaan diri penyandang disabilitas fisik untuk menjalani aktivitas
sehari-hari dan masalah dalam kehidupannya dengan baik. Kedua, apa saja yang
menjadi faktor-faktor yang dapat membuat seorang penyandang disabilitas dapat
menerima dirinya sendiri.
C. Tujuan Penelitian
1.
Untuk memahami gambaran
penyandang disabilitas tentang penerimaan keadaan dirinya yang baru akibat
kecelakaan.
2.
Untuk menemukan faktor-faktor
yang membantu penyandang disabilitas dapat menerima keadaan dirinya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian :
1.
Secara Teoritis
Sacara teoritis hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan didalam pengembangan ilmu psikologi perkembangan mengenai
mekanisme penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik.
2.
Secara Praktis
Secara praktis hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam memberikan
pengetahuan tentang penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik agar
dapat mengatasi permasalahan atau kesulitan dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari.
E. Keaslian Penelitian
Purnaningtyas
(2012), dalam penelitiannya tentang penerimaan diri pada laki-laki dewasa
penyandang disabilitas fisik karena kecelakaan mendapatkan hasil bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi penerimaan diri adalah faktor internal yang beruppa aspirasi,
realistis, keberhasilan, perspektif diri, wawasan sosial, konsep diri yang
stabil dan faktor eksternal yang berupa dukungan dari keluarga dan lingkungan
sehingga penyandang disabilitas dapat menerima diri sendiri dengan baik.
Perbedaan dalam penelitin kali ini adalah penelitian ini menggunakan subjek
yang baru dan perbedaan subjek dalam proses penerimaan diri.
Fitriana
(2013), dalam penelitiannya tentang self
concept dengan adversity quotient
pada kepala keluarga difabel tuna daksadengan metode penelitian kuantitatif,
didapatkan hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
self concept dengan adversity quotient pada kepala keluarga difabel tuna daksa
dimana kedua variable tersebut berhuungan kuat dan berkorelasi positif.
Izzati
& Waluya (2012), dalam jurnal penelitiannya tentang gambaran penerimaan
diri pada penderita psoriasis. Psoriasis adalah penyakit kulit dimana penderita
mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat, yaitu 2-4 hari. Setiap individu
yang mengalami penyakit tersebut akan berespon berbeda. Dalam penelitian ini
penerimaan diri penderita psoriasis dapat dilihat dari factor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan diri.

KAJIAN
PUSTAKA
A. Konseptualisasi Topik Yang
Diteliti
1.
Definisi
Disabilitas
Somantri
(2007) mengartikan disabilitas sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu
sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam
fungsinya yang normal atau dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat
kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot,
sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan
berdiri sendiri. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau
dapat juga disebabkan oleh bawaan sejak lahir.
Menurut
(Dinsos, 2012) dalam ketentuan umum Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang
Penyandang Cacat, khususnya Pasal 1 dan pada bagian penjelasannya disebutkan,
bahwa yang dimaksud dengan penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan
dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya.
Cacat
fisik adalah seseorang yang menderita kelainan pada tulang atau sendi anggota
gerak dan tulang, tidak lengkapnya anggota gerak atas dan bawah, seseorang yang
buta kedua matanya atau kurang awas (low vision), seseorang yang tidak dapat
mendengar dan berbicara dengan baik sehingga menimbulkan gangguan atau menjadi
lambat untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara wajar/layak.
|
Kriteria
Disabilitas:
a.
Anggota tubuh tidak
lengkap putus/amputasi tungkai, lengan atau kaki
b.
Cacat tulang/persendian
c.
Cacat sendi otot dan
tungkai, lengan dan kaki
d.
Lumpuh
e.
Buta total (buta kedua
mata)
f.
Masih mempunyai sisa
penglihatan/kurang awas (low vision)
g.
Tidak dapat
mendengar/memahami perkataan yang disampaikan pada jarak satu meter tanpa alat
bantu dengar
h.
Tidak dapat berbicara
sama sekali/berbicara tidak jelas (pembicaraannya tidak dapat dimengerti)
i.
Mengalami hambatan atau
kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa penyandang cacat fisik adalah seseorang yang mempunyai
kelainan pada pada anggota tubuhnya yang diakibatkan dari kecelakaan, faktor
bawaan, maupun penyakit sehingga menghambat dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
Dalam Ejournal USA Sosiety 7 values
tentang Disability 7 Ability (Yeager, 2006) menyebutkan, A disability can
directly or indirectly limit a person’s ability to engage in normal life
experiences. The direct effects are fairly easy to identifyan inability to see,
for example, affects personal mobility and the ability to read regular print or
to watch television. But the indirect effects are sometimes less easily identified,
or compensated for, and just as debilitating. A disability can make getting an
education more difficult, so that some people with no intellectual or cognitive
disability still may be less educated than others. Depending on the disability,
and access to support, other indirect effects can include reduced mobility,
limited social access, more difficulty finding a job (or being able to get to
work or to do the job physically), and difficulty taking care of health and
fitness and nutritional needs. Recognizing that people with disabilities, as a
group, tend to be less educated, have higher unemployment, and are frequently
in poorer health often for reasons not resulting directly from their disability
the United States has developed programs and legal protections to begin
addressing these issues.
2.
Definisi
Penerimaan Diri
Menurut
Supratiknya (1995), suatu penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri atau
tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri. Penerimaan diri berkaitan dengan
kerelaan membuka diri atau mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi kepada
orang lain, kesehatan psikologis individu serta penerimaan terhadap orang lain.
Menurut
Maslow (2000, dalam Feist & Feist, 2008), penerimaan diri adalah pribadi
yang dapat menerima diri apa adanya, memiliki sikap positif atas dirinya, tidak
terbebani oleh kecemasan atau rasa malu. Subjek menerima kelemahan dan
kelebihan dirinya.
Rogers
(2002, dalam Feist & Feist, 2008) penerimaan diri adalah individu yang
memiliki pandangan yang realistik mengenai dunia sehingga memiliki pandangan
yang lebih akurat mengenai potensi-potensi yang ada dalam dirinya, mampu
menyempitkan jurang diri-ideal dan diri-rill, lebih terbuka terhadap
pengalaman, lebih efektif dalam memecahkan masalah sendiri dan memiliki tingkat
anggapan positif lebih tinggi sehingga dapat mengembangkan pandangan tentang
siapa dirinya sesungguhnya.
Papalia,
Olds dan Feldman (2004) menyatakan bahwa individu yang memiliki penerimaan diri
berpikir lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana dirinya terlihat
dalam pandangan orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut mempunyai
gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu tersebut dapat melakukan
sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya.
Darajat
(2003) menyatakan rasa dapat menerima diri dengan dengan sungguh-sungguh inilah
yang akan menghindarkan individu dari jatuh kepada rasa rendah diri, akan
hilangnya kepercayaan diri sehingga akan mudah tersinggung dan akan mudah
menyinggung orang lain.
Horney
(1937) dalam Kenneth (1973) menyatakan proposes that the person who doesn’t see
himself as lovable is unable to love others. Fromm (1939) states that we should
love ourselves, for the ability to love self and the ability to love others go
hand in hand. Futher,ore, he says that a failure to accept self is accompanied
by a basic hostility to ward others.
Uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah seseorang yang dapat
menyadari dan mengakui karakteristik pribadinya dan mampu melangsungkan
hidupnya dengan suatu kelebihan dan kekuranganya tanpa menyalahkan orang lain
dan mampu menjalin hubungan dengan orang lain.
3.
Ciri-Ciri
Seseorang Mempunyai Penerimaan Diri Yang Baik
Allport
(1997, dalam Hjelle & Zieglar, 1981) mengungkapkan bahwa orang yang
menerima dirinya adalah orang-orang yang:
a.
Memiliki gambaran yang
positif tentang dirinya
Seseorang
bisa mendapatkan sisi lain dari dirinya dan tidak berhenti pada kebiasaan dan
keterbatasan serta aktivitas yang hanya berhubungan dengan kebutuhan kebutuhan
dan keinginan-keinginan sendiri.
b.
Seseorang yang dapat
mengatur dan bertoleransi dengan keadaan emosi
Dasar
individu yang baik adalah kesan positif terhadap dirinya sendiri sehingga
dengan demikian seseorang akan dapat bertoleransi dengan frustrasi dan
kemarahan atas kekurangan dirinya dengan baik tanpa perasaan yang tidak
menyenangkan dan perasaan bermusuhan.
c.
Dapat berinteraksi
dengan orang lain
Dua
hal yang menjadi kriteria hubungan interpersonal yang hangat dengan orang lain
adalah keintiman dan kasih sayang.
d.
Memiliki persepsi yang
realistik dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
Seseorang
melihat pada hal-hal yang ada pada dirinya, bukan pada hal-hal yang diharapkan
ada pada dirinya sehingga berpijak pada realitas, bukan pada
kebutuhan-kebutuhan dan fantasi.
e.
Memiliki kedalaman
wawasan dan rasa humor
Pribadi
dewasa yang mengenal dirinya tidak perlu melimpahkan kesalahan dan kelemahan
kepada orang lain, melihat dirinya secara objektif, sangup menerima dalam hidup
dan memiliki rasa humor.
f.
Memiliki konsep yang
jelas tentang tujuan hidup
Tanpa
ini wawasan mereka akan terasa kosong dan tandus. Ada rasa humor akan merosot,
sikap religius dan filsafat hidup yang menyatukan memiliki suara hati yang
berkembang baik dan mempunyai hasrat kuat untuk melayani orang lain.
Uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri penerimaan diri antara lain memilki
penghargaan yang tinggi pada potensi yang dimiliki, memiliki rasa humor dan
mudah bergaul, bisa mengatur emosi dengan baik, bertanggung jawab, terbuka pada
diri dan orang lain serta memiliki tujuan hidup.
4.
Faktor-Faktor
Penerimaan Diri yang Baik
Setiap
orang memiliki ideal self atau menginginkan diri yang lebih dari pada pribadi
yang sesungguhnya sehingga tidak semua individu bisa menerima dirinya. Apabila
ideal self itu tidak realistis dan sulit tercapai dalam kehidupan nyata maka
akan frustasi, cemas, kecewa.
Hurlock
(2004) menyatakan penerimaan diri dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di
antaranya adalah :
a.
Aspirasi yang realistis
Individu yang
mampu menerima dirinya harus realistis tentang dirinya serta mempunyai
keinginan yang dapat di capai.
b.
Keberhasilan
Individu
menerima dirinya, harus mampu mengembangkan potensi dirinya sehingga potensinya
tersebut dapat berkembang secara maksimal.
c.
Perspektif Diri
Kemampuan dan
kemauan menilai diri secara realistis serta menerima kelemahan serta kekuatan
yang dimiliki.
d.
Wawasan sosial
Kemampuan
melihat diri sebagaimana pandangan orang lain tentang diri individu tersebut.
e.
Konsep diri yang
stabil.
Bila individu
melihat dirinya dengan secara konsisten dari suatu saat dan saat-saat lainnya.
Chaplin
(2005) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri adalah:
a.
Konsep diri yang
stabil, individu yang mempunyai konsep diri yang stabil akan melihat dirinya
dari waktu ke waktu secara konstan dan tidak akan berubah-ubah.
b.
Kondisi emosi yang
menyenangkan dengan tidak menunjukkan tidak adanya tekanan emosi sehingga
memungkinkan individu untuk memilih yang terbaik dan sesuai dengan dirinya selain
itu individu juga memiliki sikap yang positif dan menyenangkan yang akan
mengarahkan pada pembentukan sikap individu untuk mudah menerima diri karena
tidak adanya penolakan.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi diri adalah harapan yang
realistis, konsep diri yang stabil, kondisi emosi yang menyenangkan,
mengembangkan keberhasilan, mempunyai perspektif diri dan wawasan sosial.
B. Teori Abraham Maslow
Abraham
H. Maslow dilahirkan pada tahun 1908 dalam keluarga imigran Rusia-Yahudi di
Brooklyn, New York. Ia seorang yang pemalu, neurotik, dan depresif namun
memiliki rasa ingin tahu yang besar dan kecerdasan otak yang luar biasa. Dengan
IQ 195, ia unggul di sekolah (Butler-Bowdon, 2005).
Maslow
hidup dalam zaman di mana bermunculan banyak aliran psikologi yang baru tumbuh
sebagai disiplin ilmu yang relatif muda. Ketika pada tahun 1954 Maslow
menerbitkan bukunya yang berjudul Motivation and Personality, dua teori yang
sangat populer dan berpengaruh di universitas-universitas Amerika adalah
Psikoanalisa Sigmund Freud dan Behaviorisme John B. Watson (Goble, 1987)
Teori
Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
1.
Suatu usaha yang positif
untuk berkembang
2.
Kekuatan untuk melawan
atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada
diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut
untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan
diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan
(needs) manusia menjadi lima hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi
kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan
kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan
seterusnya
Tahapan tertinggi dalam tangga
hierarki motivasi manusia dari Abaraham Maslow adalah kebutuhan akan
aktualisasi diri. Maslow mengatakan bahwa manusia akan berusaha keras untuk
mendapatkan aktualisasi diri mereka, atau realisasi dari potensi diri manusia
seutuhnya, ketika mereka telah meraih kepuasan dari kebutuhan yang lebih
mendasarnya.
Maslow juga mengutarakan
penjelasannya sendiri tentang kepribadian manusia yang sehat. Teori
psikodinamika cenderung untuk didasarkan pada studi kasus klinis maka dari itu
akan sangat kurang dalam penjelasannya tentang kepribadian yang sehat. Untuk
sampai pada penjelasan ini, Maslow mengkaji tokoh yang sangat luar biasa,
Abaraham Lincoln dan Eleanor Roosevelt, sekaligus juga gagasan-gagasan
kontemporernya yang dipandang mempunyai kesehatan mental yang sangat luar
biasa.
Maslow menggambarkan beberapa
karakteristik yang ada pada manusia yang mengaktualisasikan dirinya:
1.
Kesadaran dan
penerimaan terhadap diri sendiri
2.
Keterbukaan dan
spontanitas
3.
Kemampuan untuk
menikmati pekerjaan dan memandang bahwa pekerjaan merupakan sesuatu misi yang
harus dipenuhi
4.
Kemampuan untuk
mengembangkan persahabatan yang erat tanpa bergantung terlalu banyak pada orang
lain
5.
Mempunyai selera humor
yang bagus
6.
Kecenderungan untuk
meraih pengalaman puncak yang memuaskan secara spiritual maupun emosional

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian dalam penelitian ini adalah dengan metode kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan proses kegiatan mengungkapkan secara logis, sistematis dan
empiris terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi disekitar untuk
direkonstruksi guna mengungkapkan kebenaran yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat dan ilmu pengetahuan. Kebenaran yang dimaksud adalah keteraturan
yang menciptakan keamanan, ketertiban, keseimbangan dan kesejahteraan masyarakat
(Iskandar, 2009)
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi berorientasi untuk memahami,
menggali, dan menafsirkan arti dari peristiwa-peristiwa, fenomena-fenomena dan
hubungan dengan orang-orang yang bisa dalam situasi tertentu. Pendekatan ini
berdasarkan kenyataan lapangan dengan menggunakan pengamatan terhadap fenomena
atau gejala sosial alamiah yang digunakan sebagai sumber data (Iskandar, 2009).
B. Lokasi Penelitian
Dalam
Penelitian ini, wawancara dan observasi akan dilaksanakn di tempat kerja subjek
didaerah SM, Kota Grs. Dan pencarian sumber data lain di proses dengan cara
wawancara melalui pesawat telepon..
C.
Sumber
Data
1.
|
Subjek
Nama : Bapak E
Usia : 44 Tahun
Pekerjaan : Security
Dengan
kriteria subjek penelitian adalah :
a.
Subjek mengalami
disabilitas fisik akibat kecelakaan
b.
Subjek mengalami
kecelakaan saat dalam usia produktif
Sumber data dihasilkan dari proses observasi dan
wawancara dengan subjek. Wawancara dilakukan dengan mendalam untyk mendapatkan
informasi lebih banyak dan diharapkan dapat mengungkap informasi yang unik dari
subjek tersebut.
2.
Teman subjek
Nama : Ibu M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 43 Tahun
Untuk menambah informasi lain, peneliti menambah
responden lain. Dalam hal ini peneliti memilih teman subjek yang tinggal satu
desa dengan subjek. Agar informasi yang didapat bisa saling melengkapi. Semua
data yang
1.
Cara
Pengumpulan Data
1.
Wawancara
Menurut
Narbuko dan Acmadi (2007) wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian
yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.
Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh
pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkaitan
dengan topik yang diteliti (Poerwandari, 2007).
2.
Observasi
Istilah
observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena
tersebut. Junker (Moleong, 2000) membagi peran pengamat dalam sebuah observasi
penelitian menjadi empat, yaitu berperan serta lengkap, pemeran serta sebagai
pengamat, pengamat sebagai pemeran serta dan pengamat penuh.
3.
Studi Dokumentasi
Dokumen
adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record (setiap pernyataan
tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian
suatu peristiwa atau menyajikan akunting), yang tidak dipersiapkan karena
adanya permintaan seseorang penyidik. (Guba dan Lincoln dalam Moloeng, 2007)
2.
Prosedur
Analisis dan Interpretasi Data
Prosedur
dalam analisis data dalam penelitian ini menggunakan pola yang dikemukakan oleh
Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono) yang terdiri dari Reduksi Data,
Display Data, dan Penarikan Kesimpulan atau verifikasi.
1.
Reduksi Data
Data
atau informan yang diperoleh dari lapangan sebagai bahan mentah diringkas,
disusun lebih sistematis, serta ditonjolkan pokok-pokok penting yang sesuai
dengan tujuan penelitian sehingga lebih mudah untuk mendeskripsikan mengenai
program penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan.
2.
Display Data
Pengumpulan
data dari hasil penelitiian yang dilakukan secara bertahap atau keseluruaha
dengan cara mengklarifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok
permasalahan agar lebih mudah dipahami. Karena teknik pengumpulan data sepertio
wawancara dan observasi itu tidak cukup untuk satu atau dua kali saja,
diperlukan beberapa kali sehingga data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diharapkan.
3.
Penarikan Kesimpulan
atau Verifikasi
Seluruh
kegiatan penelitian yang telah dilakukan dibuat kesimpulan dari semua data yang
terkumpul yang diolah, untuk kemudian dicari apakah semua data layak dimasukkan
dan diterapkan sesuai dengan ranccangan penelitian.
3.
Keabsahan
Data
Untuk
menguji Keabsahan data dalam penelitian ini digunakan teknik Triangulasi.
Teknik Triangulasi menurut Moleong (2012) adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978) membedakan
empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik, teori.
Triangulasi
dengan sumber (Patton 1987 dalam Moloeng 2012) berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan
:
Membandingkan
data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
1.
Membandingkan apa yang
dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi
2.
Membandingkan apa yang
dikatakan orang dengan situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya
sepanjang waktu
3.
Membandingkan keadaan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
4.
Membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
Bentuk paling kompleks triangulasi
data yaitu menggabungkan beberapa hasil pembandingan. Jika data-data konsisten,
maka validitas ditegakkan.

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah Bapak
E, seorang penyandang disabilitas fisik. Subjek dulunya terlahir sehat dan
normal, tiba-tiba terkenal kecelakaan lalu lintas saat beliau berusia sekitar
24 tahun. Subjek ditabrak oleh sebuat bus yang melju kencang dari arah belakang
bapak E. Sehingga Subjek terseret jauh, yang menyebabkan Subjek mengalami
kerusakan fungsi saraf pada tangan sebelah kanannya.
Subjek bekerja di sebuah PT di daerah Gr
sebagai security. Subjek berkerja di PT tersebut selama kurang lebih 12 tahun. Setiap
hari subjek bekerja selama 12 jam setiap hari, 2 minggu sekali subjek pulang ke
rumahnya di desa di kota Lm karena subjek berasal dari kota tersebut. Subjek
rela pisah dengan keluarganya karna kebutuhan hidup keluarganya. Di kota Gr
subjek tinggal bersama teman-teman kerjanya di sebuah mess yang disediakan oleh
tempat subjek bekerja.
Subjek adalah anak ke 6 dari 7
bersaudara. Dan sekarang subjek telah memiliki seorang istri dan seorang anak
perempuan. Keduanya tinggal di sebuah desa di daerah kota Lm. Istri subjek kini
berusia sekitar 40 tahun, dan anak perempuan subjek kini berusia 11 tahun,
Keluarga subjek sangat mendukung dan menerima keadaan subjek dengan sepenuh
hati.
B. Hasil Penelitian
1.
Deskripsi
Hasil Temuan
a.
Gambaran penerimaan
diri
1)
Memiliki pandangan
realistik
|
“….Ya waktu pertama –tama itu kan saya ngerasa putus
asa mbak, saya merasa sudah nggak berguna mbak, pengen mati rasanya.
Sampai-sampai saya dirumah itu menyendiri mbak, mengurung di kamar saya,saya
kunci kamar saya. Bapak sama ibu saya itu sampe pisau-pisau di rumah itu
sembunyikan, takutnya kan ya gitu mbak…Wcr112Hlm35”
2)
Dukungan social
keluarga
“..Saya merasa aneh gitu mbak, kaya saya ini
dibisiki sama orang. Saya dibisiki disuruh bangkit nggak boleh sedih terus, masak
nggak kasian sama orang tua saya, masa saya harus seperti itu terus, yang cuma
bisa ngerepotin orang tua sama kakak-kakak saya…Wcr115Hlm35 setelah saya
dikasih upah itu tadi, saya mikir gimana kalo saya ikut kerja, kan lumayan bisa
punya penghasilan sendiri, dari pada ngerepotin orang tua mbak…Wcr135Hlm35”
b.
Faktor-faktor pendukung
penerimaan diri
1)
Dukungan social
Keluarga
“…Ya untungnya keluarga
saya itu ya kasian sama saya mbak, mereka masih ngedukung saya biar tetep
semangat ...Wcr107Hlm27 …Bapak sama ibu saya itu sampe pisau-pisau di rumah itu
sembunyikan, takutnya kan ya gitu mbak …Wcr115Hlm35”
“…Hahaaha, setelah
pertemuan itu kan saya balik kerja lagi mbak. Lah pas kerja saya ditelfon sama
bapak saya di desa. Katanya saya sama orang tuanya istri saya. Saya kaget itu
mbak, saya juga minta jelasin ke bapak saya kalau saya keadaannya kaya gini.
Dan ternyata istri sama mertua saya itu memahami saya mbak.. Seneng sekali saya
waktu itu mbak…Wcr168Hlm335”
“…Keluarganya itu baik
nak, di sekitar rumahnya keluarga pak E itu dikenal baik.. suka menolong orang
yang kesusahan, meskipun dikeluarganya sendiri ada kesusahan.. saya sama
teman-teman saya waktu mengunjungi pak E dirumah setelah dia kecelakaan itu,
orang tuanya nyambut saya itu baiiiikk banget… tapi waktu itu pak E masih belum
mau keluar dari kamarnya, katanya masih belum bisa diajak bicara.. sudah
dibujuk buat makan sama keluar dari kamar itu nggak mau dia…Wcr14Hlm37”
2)
Dukungan social
lingkungan
“…Setelah itu juga kakak saya yang kerja di
pabrik semen itu ngajakin saya ikut kerja mbak, kirim-kirim barang… Iya mbak,
awalnya saya ngelamar di tempat kakak saya bekerja, disitu saya juga
menjelaskan ke atasannya kalau kondisi saya seperti ini. Untungnya mbak ya,
atasannya itu mau nerima saya. Meskipun kerjaan yang diberikan itu nggak
terlalu tinggi mbak…Wcr1455Hlm28”
2.
Analisis
Hasil Temuan
Subjek
sebenarnya memiliki semangat dan keinginan yang kuat untuk bangkit. Subjek
merasa harus bangkit dari putus asanya setelah mengalami kecelakaan tersebut. Subjek
juga merasa tidak nyaman jika selalu merepotan keluarganya karena keadaan
subjek yang baru. Dengan semangatnya itu akhirnya subjek dapat menerima keadaan
dirinya yang sudah tidak normal seperti dulu.
Keluarga
dan kerabat dekat subjek sangat menyayangi subjek, terlihat ketika subjek
mendapat musibah tersebut keluarga subjek selalu memberi dukungan dan semangat
positif agar subjek dapat bangkit dari keputus asaannya. Kini subjek dapat
bersosialisasi dan menjalankan aktivitas sehari-harinya dengan baik. Bahkan
saat subjek baru saja keluar dari rasa putus asanya, kaka subjek langsung
mengajak subjek untuk ikut kerja bersama. Hal itu dilakukan kakak subjek untuk
menghilangkan pikiran negative subjek tentang dirinya sendiri. Dengan melakukan
aktivitas-aktivitas yang baik, subjek merasa dirinya dapat bermanfaat untuk
lingkungan sekitar.
Dukungan
social lingkungan pun sangat mendukung proses penerimaan diri subjek. Setelah
subjek melamar pekerjaan di sebuah perusahaan, akhirnya subjek pun diterima
bekerja disuatu perusaan meskipun jabatan pekerjaan yang diberikan tidak
terlalu tinggi. Atasan kerja subjek sangat menerima kekurangan pada diri
subjek. Subjek diterima di perusahaan tersebut dikarenakan minat dan
kesungguhan subjekdalam berkerja sangat dikagumi oleh atasan subjek
.
3.
Pembahasan
Somantri
(2007) mengartikan disabilitas sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu
sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam
fungsinya yang normal atau dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang
menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang
dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti
pendidikan dan berdiri sendiri. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit,
kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh bawaan sejak lahir.
Disabilitas
fisik diakibatkan karena kecelakaan akan membuat seseorang mengalami trauma bahkan
keputus asaan pada dirinya. Membuat seseorang menjadi tidak percaya akan
kondisi fisiknya yang cacat akibat kecelakaan. Subjek pada penelitian ini
sempat mengalami hal tersebut pasca subjek mengalami kecelakaan.
Menurut
Supratiknya (1995), suatu penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri atau
tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri. Penerimaan diri berkaitan dengan
kerelaan membuka diri atau mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi kepada
orang lain, kesehatan psikologis individu serta penerimaan terhadap orang lain.
Subjek dalam penelitian kali ini dapat merelakan dan membuka diri atau
mengungkapkan pikiran. Eskipun pada awalnya belum dapat menerima keadaan
dirinya. Subjek merasa malu dan kurang percaya diri jika bertemu dengan
orang-orang. Subjek pun mengurung diri di kamarnya. Tetapi setelah subjek
merenung, subjek merasa subjek tidak boleh berlarut-larut dalam keputus
asaannya. Subjek harus dapat bangkit agar tidak menjadi beban bagi kedua orang
tua subjek. Akhirnya subjek pun memutuskan untuk bangkit dengan keluar dari
kamarnya.
Setelah
keluar dari kamar, subjek mencoba untuk membangkun semangat kembali dengan
berkumpul dengan keluarga. Kakak subjek yang sangat mempedulikan subjek,
mencoba mengajak subjek untuk ikut bekerja di suatu perusaahan tempat kakak
subjek bekerja. Subjek pun menerima ajakan kakak subjek. Subjek mencoba melamar
pekerjaan di perusahaan tersebut dan akhirnya diterima. Meskipun jabatan
pekerjaan yang diberikan tidak terlalau tinggi. Subjek sangat senang saat itu,
karena subjek merasa lingkungan telah menerima dan mendukung dirinya.
Dalam
teori Hurlock (2004) menyatakan salah satu faktor yang dapat mendukung
penerimaan dri adalah Keberhasilan. Individu menerima dirinya, harus mampu
mengembangkan potensi dirinya sehingga potensinya tersebut dapat berkembang
secara maksimal. Subjek dalam penelitian ini berhasil mengembangka potensi
dirinya untuk diterima oleh lingkungan sekitar dan berguna bagi benyak orang.
Seseorang
yang dapat mengatur dan bertoleransi dengan keadaan emosi. Dasar individu yang
baik adalah kesan positif terhadap dirinya sendiri sehingga dengan demikian
seseorang akan dapat bertoleransi dengan frustrasi dan kemarahan atas
kekurangan dirinya dengan baik tanpa perasaan yang tidak menyenangkan dan
perasaan bermusuhan Allport (1997, dalam Hjelle & Zieglar, 1981). Subjek mengaku
dapat mengikat hubungan yang baik dengan orang lain, meskipun orang tersebut
telah mengejek dan mencemooh subjek. Bagi subjek ejekan tersebut adalah
pemberian motivasi untuk subjek. Dan subjek berfikir orang yang menejek subjek
belum tentu bisa menjadi sekuat subjek jika orang tersebut mengalami kecelakaan
seperti yang dialami subjek.

KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Menjadi
penyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan tidaklah mudah, seseorang akan
mengalami keputus asaan, malu, dan kurangnya rasa percaya diri. Apa lagi jika
minat dirinya kurang, orang tersebut akan mudah menyerah dan bahkan tidak dapat
menerima keadaan dirinya.
Penerimaan
diri adalah seseorang yang dapat menyadari dan mengakui karakteristik
pribadinya dan mampu melangsungkan hidupnya dengan suatu kelebihan dan
kekuranganya tanpa menyalahkan orang lain, dan mampu menjalin hubungan dengan
orang lain.Subjek dalam penelitian ini menerima kelemahan dan kelebihan
dirinya. Subjek akhirnya dapat menerima keadaan dirinya sebagai penyandang
disabilitas awalnya subjek belum bisa menerima dirinya. Atas
dukungan keluarga dan kerabat dekat, subjek dapat bersemangat kembali dan
melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik sebagai penyandang disabilitas
fisik akibat kecelakaan.
B. Saran
Saran yang dapat
diberikan kepada subjek :
1.
Subjek harus dapat
mempertahan semangat yang ada dalam diri subjek agar subjek dapar terus
menjalani aktivitas sehari-harinya dengan baik.
|
Saran yang dapat duberikan kepada
keluarga dan kerabat dekat subjek :
1.
Keluarga dan kerabat
dekat subjek harus selalu mendukung dan menyemangati ativitas yang dilakukan
subjek selama aktivitas tersebut bernilai positif. Keluarga juga sebaiknya
tidak mengucilkan atau memberikan perhatian yang berbeda terhadap subjek.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.
(2009). Psikologi Kepribadian. Malang
: UMM Press
Butler-B.,
Tom. (2005). 50 Self-Help Classics.
Diterjemahkan oleh Rachma Christiani Subekti. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Chaplin,
J.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi.
Penerjemah: Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Darajat,
Z. (2003). Penyesuaian Diri. Jakarta:
Bulan Bintang.
Feist
J & Feist G,J . (2008). Theories of
Personality. Edisi ke-6. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fitriana,
A. (2013). Self Concept Dengan Adversity
Quotient Pada Kepala Keluarga Difabel Tuna Daksa. Jurnal Online Psikologi
Vol. 01 No. 01.
Fromm,
E. (1939). “Selfishness and Self-Love” Psychiatry, II. 507-23
Goble,
Frank G. (1987). Mazhab Ketiga: Psikologi
Humanistik Abraham Maslow (judul asli:The Third Force, The Psychology of
Abraham Maslow). Diterjemahkan oleh Drs. A. Supratiknya. Yogyakarta:
Kanisius.
Hjelle,
L. A. & Ziegler, D. S. (1981). Personality
Theories : Basic Assumptions,Researsch, and Application. Tokyo : Mc Graw
Hill Inc
Hurlock,
E.B. (2004). Psikologi Perkembangan:
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Cetakan Ke-5. Jakarta:
Erlangga
Infodatin
Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Penyandang Disabilitas Anak
2014
Iskandar.
(2009). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Gaung Persada (GP Press)
Izzati,
A. & Olivia T. (2012). Waluya. Gambaran
Penerimaan diri Pada Penderita Psoriasis. Jurnal Psikologi Volume 10 No. 2.
Horney,
K. (1937). The Neurotic Personality Of
Our Time (New York, New York : Norten)
Kenneth,
L. (1973). Self-Acceptance and Leader
Effectiveness. Journal of Extension. Texas A&M University. Demnark
Moloeng,
L.J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif
Edisi revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Papalia,
D.E, Olds., Feldman, R,D. (2004). Human
Development McGraw-Hill.New York
Purnaningtyas,
A. A.(2012). Penerimaan Diri Pada Laki-laki Dewasa Penyandang Disabilitas Fisik
Karena Kecelakaan. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
Somantri,S.
(2006). Psikologi Anak Luar Biasa.
Bandung: PT. Refika Aditama
Supraktiknya.
(1995). Komunikasi Antar Pribadi:
Tinjauan Psikologi. Yogyakarta: Kanisius
Undang-undang
No.4 Tahun 1997 pasal 1 ayat 1tentang Penyandang Cacat.pdf
Undang-undang
No. 19 Tahun 2011tentang pengesahan konvensi hak-hak penyandang disabilitas.pdf
Yeager,
R. L. (2006). Ejournal USA Society &
Values Disability & Ability. U.S Departement Of State / Bureau Of
International Information Programs. Vol 11, No 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar