Senin, 23 Mei 2016

contoh laporan penelitian

Contoh laporan penelitian kualitatif :
Penerimaan Diri Penyandang Disabilitas



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penelitian
Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan sebaik-baiknya sehingga walaupun pada diri setiap manusia ada kelebihan dan kekurangannya akan menjadi suatu keunikan tersendiri bagi seseorang tersebut. Setiap manusia menginginkan bisa hidup normal sesuai rencana yang diharapkan tetapi seringkali harapan itu sirna karena ada suatu peristiwa yang tidak terduga. Salah satu kejadian yang tidak terduga adalah kecelakaan yang mengakibatkan kecacatan sehingga anggota tubuh menjadi kehilangan fungsinya.
Kecelakaan lalu lintas menjadi momok yang sangat menakutkan bagi para pengguna jalan raya. Bahkan kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia maupun secara global. Dijelaskan Kakorlantas Mabes Polri, Irjen Condro Kirono, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian terbesar ke-9 di Dunia.
Kecelakaan lau lintas juga dapat membuat seseorang menjadi penyandang cacat. Apabila orang tersebut mengalami kecelakaan yang tidak terlalu fatal tetapi merusak salah satu organ tubuhnya menjadi tidak dapat berfungsi kembali.

1
 
Menurut undang-undang No. 4 Tahun 1997 pasal 1 ayat 1 tentang penyandang cacat diartikan adalah setiap orang mempunyai kelalaian fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental serta penyandang cacat fisik dan mental.
Dalam Undang-undang No. 19 Tahun 2011 tentang pengesahan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas pada pokok-pokok isi konvensi bagian pembukaan pada angka 1 dijelaskan pengertian penyandang disabilitas sebagai orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.
Menurut data Susenas 2012 dalam infodatin mendapatkan penduduk Indonesia yang menyandang disabilitas sebesar 2,45%. Peningkatan dan penurunan presentase  penyandang disabilitas yang terlihat pada gambar dibawah ini, dipengaruhi adanya perubahan konsep dan definisi pada Susenas 2003 dan 2009 yang masih menggunakan konsep kecacatan, sedangkan Susenas 2006 dan 2012 telah memasukkan konsep disabilitas. Walaupun demikian, jika kita bandingkan antara Susenas 2003 dengan 2009 dan Susenas 2006 dengan 2012 terjadi peningkatan prevalensi.

%
 
Sumber : BPS
Gambar 1.1 Presentase Penduduk Penyandang Disabilitas berdasarkan Data Susenas 2003, 2006, 2009, dan 2012
Seseorang yang mengalami disabilitas fisik karena kecelakaan belum tentu bisa menerima diri dengan baik. Tidak banyak orang yang dapat menerima disabilitas fisik yang dialaminya karena kecelakaan. Penerimaan diri merupakan suatu tingkatan kesadaran individu tentang karakteristik kepribadiannya, akan kemauan untuk hidup dengan keadaan tersebut. Penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, potensi yang dimiliki serta pengakuan akan keterbatasannya.(Caplin, 2006).
Seseorang yang mempunyai disabilitas fisik karena kecelakaan dapat menyesuaikan diri yang baik, sehinga bisa menerima kondisi sekarang dan beraktivitas dengan baik. Penerimaan diri yang baik dapat membuat  seseorang penyandang disabilitas fisik karena kecelakaan merasa senang, tenang dan dapat menyesuaikan dirinya untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Berbagai masalah yang dihadapi oleh penyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan apabila direspon secara negative makan akan memicu munculnya tekanan-tekanan dalam dirinya sehingga akan gagal dalam menerima dirinya.

B.     Fokus Penelitian
Penelitian ini akan meneliti tentang bagaimana penerimaan diri pada seseorang penyandang disabilitas fisik karena kecelakaan yang dulu kondisi fisiknya normal dan mempunyai suatu impian yang besar dan tiba-tiba suatu kecelakaan yang mengakibatkan kondisi fisiknya berbeda dengan sebelumnya sehingga sekarang menyandang predikat disabilitas. Pertama, peneliti akan mencari tau bagaimana gambaran penerimaan diri penyandang disabilitas fisik untuk menjalani aktivitas sehari-hari dan masalah dalam kehidupannya dengan baik. Kedua, apa saja yang menjadi faktor-faktor yang dapat membuat seorang penyandang disabilitas dapat menerima dirinya sendiri.

C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk memahami gambaran penyandang disabilitas tentang penerimaan keadaan dirinya yang baru akibat kecelakaan.
2.      Untuk menemukan faktor-faktor yang membantu penyandang disabilitas dapat menerima keadaan dirinya.

D.    Manfaat Penelitian
      Manfaat penelitian :
1.      Secara Teoritis
Sacara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan didalam pengembangan ilmu psikologi perkembangan mengenai mekanisme penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik.
2.      Secara Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam memberikan pengetahuan tentang penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik agar dapat mengatasi permasalahan atau kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

E.     Keaslian Penelitian
Purnaningtyas (2012), dalam penelitiannya tentang penerimaan diri pada laki-laki dewasa penyandang disabilitas fisik karena kecelakaan mendapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri adalah faktor internal yang beruppa aspirasi, realistis, keberhasilan, perspektif diri, wawasan sosial, konsep diri yang stabil dan faktor eksternal yang berupa dukungan dari keluarga dan lingkungan sehingga penyandang disabilitas dapat menerima diri sendiri dengan baik. Perbedaan dalam penelitin kali ini adalah penelitian ini menggunakan subjek yang baru dan perbedaan subjek dalam proses penerimaan diri.
Fitriana (2013), dalam penelitiannya tentang self concept dengan adversity quotient pada kepala keluarga difabel tuna daksadengan metode penelitian kuantitatif, didapatkan hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self concept dengan adversity quotient pada kepala keluarga difabel tuna daksa dimana kedua variable tersebut berhuungan kuat dan berkorelasi positif.
Izzati & Waluya (2012), dalam jurnal penelitiannya tentang gambaran penerimaan diri pada penderita psoriasis. Psoriasis adalah penyakit kulit dimana penderita mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat, yaitu 2-4 hari. Setiap individu yang mengalami penyakit tersebut akan berespon berbeda. Dalam penelitian ini penerimaan diri penderita psoriasis dapat dilihat dari factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Konseptualisasi Topik Yang Diteliti
1.      Definisi Disabilitas
Somantri (2007) mengartikan disabilitas sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang normal atau dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan berdiri sendiri. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh bawaan sejak lahir.
Menurut (Dinsos, 2012) dalam ketentuan umum Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, khususnya Pasal 1 dan pada bagian penjelasannya disebutkan, bahwa yang dimaksud dengan penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya.
Cacat fisik adalah seseorang yang menderita kelainan pada tulang atau sendi anggota gerak dan tulang, tidak lengkapnya anggota gerak atas dan bawah, seseorang yang buta kedua matanya atau kurang awas (low vision), seseorang yang tidak dapat mendengar dan berbicara dengan baik sehingga menimbulkan gangguan atau menjadi lambat untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara wajar/layak.


6
 
 

Kriteria Disabilitas:
a.       Anggota tubuh tidak lengkap putus/amputasi tungkai, lengan atau kaki
b.      Cacat tulang/persendian
c.       Cacat sendi otot dan tungkai, lengan dan kaki
d.      Lumpuh
e.       Buta total (buta kedua mata)
f.       Masih mempunyai sisa penglihatan/kurang awas (low vision)
g.      Tidak dapat mendengar/memahami perkataan yang disampaikan pada jarak satu meter tanpa alat bantu dengar
h.      Tidak dapat berbicara sama sekali/berbicara tidak jelas (pembicaraannya tidak dapat dimengerti)
i.        Mengalami hambatan atau kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
      Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyandang cacat fisik adalah seseorang yang mempunyai kelainan pada pada anggota tubuhnya yang diakibatkan dari kecelakaan, faktor bawaan, maupun penyakit sehingga menghambat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Dalam Ejournal USA Sosiety 7 values tentang Disability 7 Ability (Yeager, 2006) menyebutkan, A disability can directly or indirectly limit a person’s ability to engage in normal life experiences. The direct effects are fairly easy to identifyan inability to see, for example, affects personal mobility and the ability to read regular print or to watch television. But the indirect effects are sometimes less easily identified, or compensated for, and just as debilitating. A disability can make getting an education more difficult, so that some people with no intellectual or cognitive disability still may be less educated than others. Depending on the disability, and access to support, other indirect effects can include reduced mobility, limited social access, more difficulty finding a job (or being able to get to work or to do the job physically), and difficulty taking care of health and fitness and nutritional needs. Recognizing that people with disabilities, as a group, tend to be less educated, have higher unemployment, and are frequently in poorer health often for reasons not resulting directly from their disability the United States has developed programs and legal protections to begin addressing these issues.
2.      Definisi Penerimaan Diri
Menurut Supratiknya (1995), suatu penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri atau tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri. Penerimaan diri berkaitan dengan kerelaan membuka diri atau mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi kepada orang lain, kesehatan psikologis individu serta penerimaan terhadap orang lain.
Menurut Maslow (2000, dalam Feist & Feist, 2008), penerimaan diri adalah pribadi yang dapat menerima diri apa adanya, memiliki sikap positif atas dirinya, tidak terbebani oleh kecemasan atau rasa malu. Subjek menerima kelemahan dan kelebihan dirinya.
Rogers (2002, dalam Feist & Feist, 2008) penerimaan diri adalah individu yang memiliki pandangan yang realistik mengenai dunia sehingga memiliki pandangan yang lebih akurat mengenai potensi-potensi yang ada dalam dirinya, mampu menyempitkan jurang diri-ideal dan diri-rill, lebih terbuka terhadap pengalaman, lebih efektif dalam memecahkan masalah sendiri dan memiliki tingkat anggapan positif lebih tinggi sehingga dapat mengembangkan pandangan tentang siapa dirinya sesungguhnya.
Papalia, Olds dan Feldman (2004) menyatakan bahwa individu yang memiliki penerimaan diri berpikir lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana dirinya terlihat dalam pandangan orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut mempunyai gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya.
Darajat (2003) menyatakan rasa dapat menerima diri dengan dengan sungguh-sungguh inilah yang akan menghindarkan individu dari jatuh kepada rasa rendah diri, akan hilangnya kepercayaan diri sehingga akan mudah tersinggung dan akan mudah menyinggung orang lain.
Horney (1937) dalam Kenneth (1973) menyatakan proposes that the person who doesn’t see himself as lovable is unable to love others. Fromm (1939) states that we should love ourselves, for the ability to love self and the ability to love others go hand in hand. Futher,ore, he says that a failure to accept self is accompanied by a basic hostility to ward others.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah seseorang yang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadinya dan mampu melangsungkan hidupnya dengan suatu kelebihan dan kekuranganya tanpa menyalahkan orang lain dan mampu menjalin hubungan dengan orang lain.



3.      Ciri-Ciri Seseorang Mempunyai Penerimaan Diri Yang Baik
Allport (1997, dalam Hjelle & Zieglar, 1981) mengungkapkan bahwa orang yang menerima dirinya adalah orang-orang yang:
a.       Memiliki gambaran yang positif tentang dirinya
Seseorang bisa mendapatkan sisi lain dari dirinya dan tidak berhenti pada kebiasaan dan keterbatasan serta aktivitas yang hanya berhubungan dengan kebutuhan kebutuhan dan keinginan-keinginan sendiri.
b.      Seseorang yang dapat mengatur dan bertoleransi dengan keadaan emosi
Dasar individu yang baik adalah kesan positif terhadap dirinya sendiri sehingga dengan demikian seseorang akan dapat bertoleransi dengan frustrasi dan kemarahan atas kekurangan dirinya dengan baik tanpa perasaan yang tidak menyenangkan dan perasaan bermusuhan.
c.       Dapat berinteraksi dengan orang lain
Dua hal yang menjadi kriteria hubungan interpersonal yang hangat dengan orang lain adalah keintiman dan kasih sayang.
d.      Memiliki persepsi yang realistik dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
Seseorang melihat pada hal-hal yang ada pada dirinya, bukan pada hal-hal yang diharapkan ada pada dirinya sehingga berpijak pada realitas, bukan pada kebutuhan-kebutuhan dan fantasi.
e.       Memiliki kedalaman wawasan dan rasa humor
Pribadi dewasa yang mengenal dirinya tidak perlu melimpahkan kesalahan dan kelemahan kepada orang lain, melihat dirinya secara objektif, sangup menerima dalam hidup dan memiliki rasa humor.
f.       Memiliki konsep yang jelas tentang tujuan hidup
Tanpa ini wawasan mereka akan terasa kosong dan tandus. Ada rasa humor akan merosot, sikap religius dan filsafat hidup yang menyatukan memiliki suara hati yang berkembang baik dan mempunyai hasrat kuat untuk melayani orang lain.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri penerimaan diri antara lain memilki penghargaan yang tinggi pada potensi yang dimiliki, memiliki rasa humor dan mudah bergaul, bisa mengatur emosi dengan baik, bertanggung jawab, terbuka pada diri dan orang lain serta memiliki tujuan hidup.

4.      Faktor-Faktor Penerimaan Diri yang Baik
Setiap orang memiliki ideal self atau menginginkan diri yang lebih dari pada pribadi yang sesungguhnya sehingga tidak semua individu bisa menerima dirinya. Apabila ideal self itu tidak realistis dan sulit tercapai dalam kehidupan nyata maka akan frustasi, cemas, kecewa.
Hurlock (2004) menyatakan penerimaan diri dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya adalah :
a.       Aspirasi yang realistis
Individu yang mampu menerima dirinya harus realistis tentang dirinya serta mempunyai keinginan yang dapat di capai.


b.      Keberhasilan
Individu menerima dirinya, harus mampu mengembangkan potensi dirinya sehingga potensinya tersebut dapat berkembang secara maksimal.
c.       Perspektif Diri
Kemampuan dan kemauan menilai diri secara realistis serta menerima kelemahan serta kekuatan yang dimiliki.
d.      Wawasan sosial
Kemampuan melihat diri sebagaimana pandangan orang lain tentang diri individu tersebut.
e.       Konsep diri yang stabil.
Bila individu melihat dirinya dengan secara konsisten dari suatu saat dan saat-saat lainnya.

Chaplin (2005) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri adalah:
a.       Konsep diri yang stabil, individu yang mempunyai konsep diri yang stabil akan melihat dirinya dari waktu ke waktu secara konstan dan tidak akan berubah-ubah.
b.      Kondisi emosi yang menyenangkan dengan tidak menunjukkan tidak adanya tekanan emosi sehingga memungkinkan individu untuk memilih yang terbaik dan sesuai dengan dirinya selain itu individu juga memiliki sikap yang positif dan menyenangkan yang akan mengarahkan pada pembentukan sikap individu untuk mudah menerima diri karena tidak adanya penolakan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi diri adalah harapan yang realistis, konsep diri yang stabil, kondisi emosi yang menyenangkan, mengembangkan keberhasilan, mempunyai perspektif diri dan wawasan sosial.
B.     Teori Abraham Maslow
Abraham H. Maslow dilahirkan pada tahun 1908 dalam keluarga imigran Rusia-Yahudi di Brooklyn, New York. Ia seorang yang pemalu, neurotik, dan depresif namun memiliki rasa ingin tahu yang besar dan kecerdasan otak yang luar biasa. Dengan IQ 195, ia unggul di sekolah (Butler-Bowdon, 2005).
Maslow hidup dalam zaman di mana bermunculan banyak aliran psikologi yang baru tumbuh sebagai disiplin ilmu yang relatif muda. Ketika pada tahun 1954 Maslow menerbitkan bukunya yang berjudul Motivation and Personality, dua teori yang sangat populer dan berpengaruh di universitas-universitas Amerika adalah Psikoanalisa Sigmund Freud dan Behaviorisme John B. Watson (Goble, 1987)
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
1.      Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2.      Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi lima hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya
Tahapan tertinggi dalam tangga hierarki motivasi manusia dari Abaraham Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow mengatakan bahwa manusia akan berusaha keras untuk mendapatkan aktualisasi diri mereka, atau realisasi dari potensi diri manusia seutuhnya, ketika mereka telah meraih kepuasan dari kebutuhan yang lebih mendasarnya.
Maslow juga mengutarakan penjelasannya sendiri tentang kepribadian manusia yang sehat. Teori psikodinamika cenderung untuk didasarkan pada studi kasus klinis maka dari itu akan sangat kurang dalam penjelasannya tentang kepribadian yang sehat. Untuk sampai pada penjelasan ini, Maslow mengkaji tokoh yang sangat luar biasa, Abaraham Lincoln dan Eleanor Roosevelt, sekaligus juga gagasan-gagasan kontemporernya yang dipandang mempunyai kesehatan mental yang sangat luar biasa.
Maslow menggambarkan beberapa karakteristik yang ada pada manusia yang mengaktualisasikan dirinya:
1.      Kesadaran dan penerimaan terhadap diri sendiri
2.      Keterbukaan dan spontanitas
3.      Kemampuan untuk menikmati pekerjaan dan memandang bahwa pekerjaan merupakan sesuatu misi yang harus dipenuhi
4.      Kemampuan untuk mengembangkan persahabatan yang erat tanpa bergantung terlalu banyak pada orang lain
5.      Mempunyai selera humor yang bagus
6.      Kecenderungan untuk meraih pengalaman puncak yang memuaskan secara spiritual maupun emosional





BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah dengan metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan proses kegiatan mengungkapkan secara logis, sistematis dan empiris terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi disekitar untuk direkonstruksi guna mengungkapkan kebenaran yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan ilmu pengetahuan. Kebenaran yang dimaksud adalah keteraturan yang menciptakan keamanan, ketertiban, keseimbangan dan kesejahteraan masyarakat (Iskandar, 2009)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi berorientasi untuk memahami, menggali, dan menafsirkan arti dari peristiwa-peristiwa, fenomena-fenomena dan hubungan dengan orang-orang yang bisa dalam situasi tertentu. Pendekatan ini berdasarkan kenyataan lapangan dengan menggunakan pengamatan terhadap fenomena atau gejala sosial alamiah yang digunakan sebagai sumber data (Iskandar, 2009).

B.     Lokasi Penelitian
Dalam Penelitian ini, wawancara dan observasi akan dilaksanakn di tempat kerja subjek didaerah SM, Kota Grs. Dan pencarian sumber data lain di proses dengan cara wawancara melalui pesawat telepon..

C.     Sumber Data
1.     

16
 
Subjek
Nama          : Bapak E
Usia           : 44 Tahun
Pekerjaan   : Security
Dengan kriteria subjek penelitian adalah :
a.       Subjek mengalami disabilitas fisik akibat kecelakaan
b.      Subjek mengalami kecelakaan saat dalam usia produktif
Sumber data dihasilkan dari proses observasi dan wawancara dengan subjek. Wawancara dilakukan dengan mendalam untyk mendapatkan informasi lebih banyak dan diharapkan dapat mengungkap informasi yang unik dari subjek tersebut.
2.      Teman subjek
Nama               : Ibu M
Jenis kelamin   : Perempuan
Usia                 :  43 Tahun
Untuk menambah informasi lain, peneliti menambah responden lain. Dalam hal ini peneliti memilih teman subjek yang tinggal satu desa dengan subjek. Agar informasi yang didapat bisa saling melengkapi. Semua data yang
1.      Cara Pengumpulan Data
1.      Wawancara
Menurut Narbuko dan Acmadi (2007) wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkaitan dengan topik yang diteliti (Poerwandari, 2007).
2.      Observasi
Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Junker (Moleong, 2000) membagi peran pengamat dalam sebuah observasi penelitian menjadi empat, yaitu berperan serta lengkap, pemeran serta sebagai pengamat, pengamat sebagai pemeran serta dan pengamat penuh.
3.      Studi Dokumentasi
Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record (setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting), yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seseorang penyidik. (Guba dan Lincoln dalam Moloeng, 2007)

2.      Prosedur Analisis dan Interpretasi Data
Prosedur dalam analisis data dalam penelitian ini menggunakan pola yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono) yang terdiri dari Reduksi Data, Display Data, dan Penarikan Kesimpulan atau verifikasi.
1.      Reduksi Data
Data atau informan yang diperoleh dari lapangan sebagai bahan mentah diringkas, disusun lebih sistematis, serta ditonjolkan pokok-pokok penting yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga lebih mudah untuk mendeskripsikan mengenai program penerimaan diri pada penyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan.

2.      Display Data
Pengumpulan data dari hasil penelitiian yang dilakukan secara bertahap atau keseluruaha dengan cara mengklarifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan agar lebih mudah dipahami. Karena teknik pengumpulan data sepertio wawancara dan observasi itu tidak cukup untuk satu atau dua kali saja, diperlukan beberapa kali sehingga data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.
3.      Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Seluruh kegiatan penelitian yang telah dilakukan dibuat kesimpulan dari semua data yang terkumpul yang diolah, untuk kemudian dicari apakah semua data layak dimasukkan dan diterapkan sesuai dengan ranccangan penelitian.

3.      Keabsahan Data
Untuk menguji Keabsahan data dalam penelitian ini digunakan teknik Triangulasi. Teknik Triangulasi menurut Moleong (2012) adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, teori.
Triangulasi dengan sumber (Patton 1987 dalam Moloeng 2012) berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan :
Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
1.      Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi
2.      Membandingkan apa yang dikatakan orang dengan situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
3.      Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
4.      Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
Bentuk paling kompleks triangulasi data yaitu menggabungkan beberapa hasil pembandingan. Jika data-data konsisten, maka validitas ditegakkan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah Bapak E, seorang penyandang disabilitas fisik. Subjek dulunya terlahir sehat dan normal, tiba-tiba terkenal kecelakaan lalu lintas saat beliau berusia sekitar 24 tahun. Subjek ditabrak oleh sebuat bus yang melju kencang dari arah belakang bapak E. Sehingga Subjek terseret jauh, yang menyebabkan Subjek mengalami kerusakan fungsi saraf pada tangan sebelah kanannya.
Subjek bekerja di sebuah PT di daerah Gr sebagai security. Subjek berkerja di PT tersebut selama kurang lebih 12 tahun. Setiap hari subjek bekerja selama 12 jam setiap hari, 2 minggu sekali subjek pulang ke rumahnya di desa di kota Lm karena subjek berasal dari kota tersebut. Subjek rela pisah dengan keluarganya karna kebutuhan hidup keluarganya. Di kota Gr subjek tinggal bersama teman-teman kerjanya di sebuah mess yang disediakan oleh tempat subjek bekerja.
Subjek adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara. Dan sekarang subjek telah memiliki seorang istri dan seorang anak perempuan. Keduanya tinggal di sebuah desa di daerah kota Lm. Istri subjek kini berusia sekitar 40 tahun, dan anak perempuan subjek kini berusia 11 tahun, Keluarga subjek sangat mendukung dan menerima keadaan subjek dengan sepenuh hati.

B.     Hasil Penelitian
1.      Deskripsi Hasil Temuan
a.       Gambaran penerimaan diri
1)      Memiliki pandangan realistik

21
 
“….Ya waktu pertama –tama itu kan saya ngerasa putus asa mbak, saya merasa sudah nggak berguna mbak, pengen mati rasanya. Sampai-sampai saya dirumah itu menyendiri mbak, mengurung di kamar saya,saya kunci kamar saya. Bapak sama ibu saya itu sampe pisau-pisau di rumah itu sembunyikan, takutnya kan ya gitu mbak…Wcr112Hlm35”

2)      Dukungan social keluarga
“..Saya merasa aneh gitu mbak, kaya saya ini dibisiki sama orang. Saya dibisiki disuruh bangkit nggak boleh sedih terus, masak nggak kasian sama orang tua saya, masa saya harus seperti itu terus, yang cuma bisa ngerepotin orang tua sama kakak-kakak saya…Wcr115Hlm35 setelah saya dikasih upah itu tadi, saya mikir gimana kalo saya ikut kerja, kan lumayan bisa punya penghasilan sendiri, dari pada ngerepotin orang tua mbak…Wcr135Hlm35”

b.      Faktor-faktor pendukung penerimaan diri
1)      Dukungan social Keluarga
“…Ya untungnya keluarga saya itu ya kasian sama saya mbak, mereka masih ngedukung saya biar tetep semangat ...Wcr107Hlm27 …Bapak sama ibu saya itu sampe pisau-pisau di rumah itu sembunyikan, takutnya kan ya gitu mbak …Wcr115Hlm35”
“…Hahaaha, setelah pertemuan itu kan saya balik kerja lagi mbak. Lah pas kerja saya ditelfon sama bapak saya di desa. Katanya saya sama orang tuanya istri saya. Saya kaget itu mbak, saya juga minta jelasin ke bapak saya kalau saya keadaannya kaya gini. Dan ternyata istri sama mertua saya itu memahami saya mbak.. Seneng sekali saya waktu itu mbak…Wcr168Hlm335”
“…Keluarganya itu baik nak, di sekitar rumahnya keluarga pak E itu dikenal baik.. suka menolong orang yang kesusahan, meskipun dikeluarganya sendiri ada kesusahan.. saya sama teman-teman saya waktu mengunjungi pak E dirumah setelah dia kecelakaan itu, orang tuanya nyambut saya itu baiiiikk banget… tapi waktu itu pak E masih belum mau keluar dari kamarnya, katanya masih belum bisa diajak bicara.. sudah dibujuk buat makan sama keluar dari kamar itu nggak mau dia…Wcr14Hlm37”
2)      Dukungan social lingkungan
“…Setelah itu juga kakak saya yang kerja di pabrik semen itu ngajakin saya ikut kerja mbak, kirim-kirim barang… Iya mbak, awalnya saya ngelamar di tempat kakak saya bekerja, disitu saya juga menjelaskan ke atasannya kalau kondisi saya seperti ini. Untungnya mbak ya, atasannya itu mau nerima saya. Meskipun kerjaan yang diberikan itu nggak terlalu tinggi mbak…Wcr1455Hlm28”

2.      Analisis Hasil Temuan
Subjek sebenarnya memiliki semangat dan keinginan yang kuat untuk bangkit. Subjek merasa harus bangkit dari putus asanya setelah mengalami kecelakaan tersebut. Subjek juga merasa tidak nyaman jika selalu merepotan keluarganya karena keadaan subjek yang baru. Dengan semangatnya itu akhirnya subjek dapat menerima keadaan dirinya yang sudah tidak normal seperti dulu.
Keluarga dan kerabat dekat subjek sangat menyayangi subjek, terlihat ketika subjek mendapat musibah tersebut keluarga subjek selalu memberi dukungan dan semangat positif agar subjek dapat bangkit dari keputus asaannya. Kini subjek dapat bersosialisasi dan menjalankan aktivitas sehari-harinya dengan baik. Bahkan saat subjek baru saja keluar dari rasa putus asanya, kaka subjek langsung mengajak subjek untuk ikut kerja bersama. Hal itu dilakukan kakak subjek untuk menghilangkan pikiran negative subjek tentang dirinya sendiri. Dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang baik, subjek merasa dirinya dapat bermanfaat untuk lingkungan sekitar.
Dukungan social lingkungan pun sangat mendukung proses penerimaan diri subjek. Setelah subjek melamar pekerjaan di sebuah perusahaan, akhirnya subjek pun diterima bekerja disuatu perusaan meskipun jabatan pekerjaan yang diberikan tidak terlalu tinggi. Atasan kerja subjek sangat menerima kekurangan pada diri subjek. Subjek diterima di perusahaan tersebut dikarenakan minat dan kesungguhan subjekdalam berkerja sangat dikagumi oleh atasan subjek
.
3.      Pembahasan
Somantri (2007) mengartikan disabilitas sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang normal atau dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan berdiri sendiri. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh bawaan sejak lahir.
Disabilitas fisik diakibatkan karena kecelakaan akan membuat seseorang mengalami trauma bahkan keputus asaan pada dirinya. Membuat seseorang menjadi tidak percaya akan kondisi fisiknya yang cacat akibat kecelakaan. Subjek pada penelitian ini sempat mengalami hal tersebut pasca subjek mengalami kecelakaan.
Menurut Supratiknya (1995), suatu penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri atau tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri. Penerimaan diri berkaitan dengan kerelaan membuka diri atau mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi kepada orang lain, kesehatan psikologis individu serta penerimaan terhadap orang lain. Subjek dalam penelitian kali ini dapat merelakan dan membuka diri atau mengungkapkan pikiran. Eskipun pada awalnya belum dapat menerima keadaan dirinya. Subjek merasa malu dan kurang percaya diri jika bertemu dengan orang-orang. Subjek pun mengurung diri di kamarnya. Tetapi setelah subjek merenung, subjek merasa subjek tidak boleh berlarut-larut dalam keputus asaannya. Subjek harus dapat bangkit agar tidak menjadi beban bagi kedua orang tua subjek. Akhirnya subjek pun memutuskan untuk bangkit dengan keluar dari kamarnya.
Setelah keluar dari kamar, subjek mencoba untuk membangkun semangat kembali dengan berkumpul dengan keluarga. Kakak subjek yang sangat mempedulikan subjek, mencoba mengajak subjek untuk ikut bekerja di suatu perusaahan tempat kakak subjek bekerja. Subjek pun menerima ajakan kakak subjek. Subjek mencoba melamar pekerjaan di perusahaan tersebut dan akhirnya diterima. Meskipun jabatan pekerjaan yang diberikan tidak terlalau tinggi. Subjek sangat senang saat itu, karena subjek merasa lingkungan telah menerima dan mendukung dirinya.
Dalam teori Hurlock (2004) menyatakan salah satu faktor yang dapat mendukung penerimaan dri adalah Keberhasilan. Individu menerima dirinya, harus mampu mengembangkan potensi dirinya sehingga potensinya tersebut dapat berkembang secara maksimal. Subjek dalam penelitian ini berhasil mengembangka potensi dirinya untuk diterima oleh lingkungan sekitar dan berguna bagi benyak orang.
Seseorang yang dapat mengatur dan bertoleransi dengan keadaan emosi. Dasar individu yang baik adalah kesan positif terhadap dirinya sendiri sehingga dengan demikian seseorang akan dapat bertoleransi dengan frustrasi dan kemarahan atas kekurangan dirinya dengan baik tanpa perasaan yang tidak menyenangkan dan perasaan bermusuhan Allport (1997, dalam Hjelle & Zieglar, 1981). Subjek mengaku dapat mengikat hubungan yang baik dengan orang lain, meskipun orang tersebut telah mengejek dan mencemooh subjek. Bagi subjek ejekan tersebut adalah pemberian motivasi untuk subjek. Dan subjek berfikir orang yang menejek subjek belum tentu bisa menjadi sekuat subjek jika orang tersebut mengalami kecelakaan seperti yang dialami subjek.


BAB V
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
Menjadi penyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan tidaklah mudah, seseorang akan mengalami keputus asaan, malu, dan kurangnya rasa percaya diri. Apa lagi jika minat dirinya kurang, orang tersebut akan mudah menyerah dan bahkan tidak dapat menerima keadaan dirinya.
Penerimaan diri adalah seseorang yang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadinya dan mampu melangsungkan hidupnya dengan suatu kelebihan dan kekuranganya tanpa menyalahkan orang lain, dan mampu menjalin hubungan dengan orang lain.Subjek dalam penelitian ini menerima kelemahan dan kelebihan dirinya. Subjek akhirnya dapat menerima keadaan dirinya sebagai penyandang disabilitas awalnya subjek belum bisa menerima dirinya. Atas dukungan keluarga dan kerabat dekat, subjek dapat bersemangat kembali dan melakukan aktivitas sehari-harinya dengan baik sebagai penyandang disabilitas fisik akibat kecelakaan.

B.     Saran
Saran yang dapat diberikan kepada subjek :
1.      Subjek harus dapat mempertahan semangat yang ada dalam diri subjek agar subjek dapar terus menjalani aktivitas sehari-harinya dengan baik.

27
 
Saran yang dapat duberikan kepada keluarga dan kerabat dekat subjek :
1.      Keluarga dan kerabat dekat subjek harus selalu mendukung dan menyemangati ativitas yang dilakukan subjek selama aktivitas tersebut bernilai positif. Keluarga juga sebaiknya tidak mengucilkan atau memberikan perhatian yang berbeda terhadap subjek.



DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press
Butler-B., Tom. (2005). 50 Self-Help Classics. Diterjemahkan oleh Rachma Christiani Subekti. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Chaplin, J.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Darajat, Z. (2003). Penyesuaian Diri. Jakarta: Bulan Bintang.
Feist J & Feist G,J . (2008). Theories of Personality. Edisi ke-6. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fitriana, A. (2013). Self Concept Dengan Adversity Quotient Pada Kepala Keluarga Difabel Tuna Daksa. Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 01.
Fromm, E. (1939). “Selfishness and Self-Love” Psychiatry, II. 507-23
Goble, Frank G. (1987). Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow (judul asli:The Third Force, The Psychology of Abraham Maslow). Diterjemahkan oleh Drs. A. Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius.
Hjelle, L. A. & Ziegler, D. S. (1981). Personality Theories : Basic Assumptions,Researsch, and Application. Tokyo : Mc Graw Hill Inc
Hurlock, E.B. (2004). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Cetakan Ke-5. Jakarta: Erlangga
Infodatin Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Penyandang Disabilitas Anak 2014
Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada (GP Press)
Izzati, A. & Olivia T. (2012). Waluya. Gambaran Penerimaan diri Pada Penderita Psoriasis. Jurnal Psikologi Volume 10 No. 2.
Horney, K. (1937). The Neurotic Personality Of Our Time (New York, New York : Norten)
Kenneth, L. (1973). Self-Acceptance and Leader Effectiveness. Journal of Extension. Texas A&M University. Demnark
Moloeng, L.J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Edisi revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Papalia, D.E, Olds., Feldman, R,D. (2004). Human Development McGraw-Hill.New York
Purnaningtyas, A. A.(2012). Penerimaan Diri Pada Laki-laki Dewasa Penyandang Disabilitas Fisik Karena Kecelakaan. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
Somantri,S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama
Supraktiknya. (1995). Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologi. Yogyakarta: Kanisius
Undang-undang No.4 Tahun 1997 pasal 1 ayat 1tentang Penyandang Cacat.pdf
Undang-undang No. 19 Tahun 2011tentang pengesahan konvensi hak-hak penyandang disabilitas.pdf
Yeager, R. L. (2006). Ejournal USA Society & Values Disability & Ability. U.S Departement Of State / Bureau Of International Information Programs. Vol 11, No 11



Tidak ada komentar:

Posting Komentar